Acara kegamamaan memang unik dan identik. Tapi jaman sekarang sudah jarang orang – orang kita yang mengadakan acara tersebut, karena mereka pada sibuk dengan kesibukan masing – masing personal. Rebana atau kalau lebih ngetren di purworejo yaitu kencreng. bermain kencreng beda dengan musik yang lain. kencreng sangat erat hubungan nya dengan sholawat, dimana saat bermain kencreng di iringi dengan sholawat. Ini merupakan peninggalan orang orang kuno sehingga masih bisa dimainkan sampai sekarang.kencrengan ini banyak dimainkan saat orang hajatan , hari besar islam (mulud , rojab) ada juga yang digunakan untuk karnaval ( orang jawa menyebutnya arak – arak an ).
Di Purworejo sangat identik dengan arak-arakan dan sebagaian besar daerah di Purworejo mengadakannya secara rutin. Hajatan ini biasa diadakan pada bulan Mulud atau Rajab. Arak-arakan diadakan bersamaan dengan acara khotmil Qur'an yang diadakan di masjid atau mushola. Peserta arak-arakan merupakan anak-anak yang menjadi peserta khotmil Qur'an. Para peserta diarak keliling desa dengan menaiki kuda, becak, mobil , tosa, ataupun dokar.
Acara ini sangat meriah karena untuk mendorong anak – anak untuk tolabul ilmi dalam bidang agama. arak – arakan bisanya terdiri dari anak yang diarak yaitu para pemabca khotmil Quran, biasanya anak ini dinaikkan Becak, kalau orang tuanya mampu dinaikan Kuda ( numpak jaran ). terus para penabuh kencreng / rebana , gagar mayang , dan rombongan para pengarak . Pada jaman dulu arak arakan biasanya dilakukan pada malam hari . Dimalam hari arak-arakan menjadi sangat meriah karena adanya pawai obor dan atraksi api. Pawai obor biasanya terdiri rombongan anak-anak yang memegang oncor. Oncor atau obor adalah penerangan pada jaman dahulu yang terbuat dari bambu yang diisi minyak tanah dan ditutup dengan sabut kelapa.
Selain itu, ada atraksi api yang dimainkan oleh pemuda desa. Ada atraksi nyebul atau menyemburkan minyak tanah ke api sehingga api akan merembet ke minyak yang disemburkan. Yang membuat atraksi ini berbahaya adalah minyak dusemburkan melalui mulut sehingga mulut dan muka akan terasa panas. Untuk mengatasi hal itu biasanya muka diolesi pasta gigi agar tidak panas.
Atraksi berbahaya lain adalah atraksi abit. Atraksi ini dilakukan dengan memainkan tongkat api layaknya mayoret marching band , bedanya atraksi ini dilakukan dengan api sedangkan mayoret tidak. Tongkat api terbuat dari bambu yang kedua ujungnya dililitkan karung goni yang telah dipotong sedemikian rupa . Tidak sembarang orang mampu membuat tongkat api yang kokoh karena perlu teknik khusus dalam pembuatannya. Tongkat api yang sudah jadi memiliki bobot yang lumayan berat sehingga tidak sembarangan orang mampu memainkannya. Sebelum acara , sore harinya ujung tongkat direndam minyak tanah. Setelah itu berat tongkat bertambah karena ketambahan minyak tanah.
Sekarang sudah jarang dijumpai acara semacam itu, banyak alasan yang membuat tradisi tersebut jarang dijumpai salah satunya modal.Modal yang dikeluarkan dalam satu acara tidaklah sedikit . Dalam satu acara arak-arakan sederhana yang terdiri dari pawai oncor , atraksi sembur, dan dua abit membutuhkan tidak kurang dari 15 liter minyak tanah ditambah lagi harga minyak tanah yang mahal membuat kantong terkuras. Untuk mengatasi hal ini biasanya minyak tanah dioplos dengan solar dikarenakan harga solar yang relatif terjangkau. Untuk atraksi sembur atau nyebul yang digunakan hanya minyak tanah murni sedangkan yang lain menggunakan oplosan
Selain itu alasan waktu menjadi alasan acara arak-arakan diganti dari malam hari menjadi siang hari. Jika dihitung hitung untuk arak-arakannya sendiri membutuhkan waktu kurang lebih dua jam ditambah lagi pembacaan Khotmil Qur'an dan pengajian sehingga acara akan selesai larut malam. Di siang hari waktu relatif panjang pengajian bisa siang atau sore, bisa arak-arakan lalu pengajian atau pengajian dulu baru arak-arakan dan bisa juga siang arak-arakan malam pengajian.
Sekarang hanya daerah tertentu saja yang melaksanakan arak-arakan di malam hari kebanyakan acara tersebut dilaksanakan siang. Untuk melestarikan tradisi tersebut , di Desa Dlangu, Butuh , Purworejo tidak melaksanakan arak-arakan di malam hari, sebagai gantinya dilaksanakan takbir keliling dengan disertai pawai obor , atraksi api dan iringan kencreng dan takbir. Walaupun tidak disertai kuda jingkrak acara tersebut tetap ramai . Acara itu menjadi ajang nostalgia bagi para jagoan abit dan jagoan nyembur. Tak sedikit para pemuda rantau ikut bagian dan memeriahkan acara dengan menyumbang atraksi yang menawan.
Tak hanya itu takbir keliling juga menjadi ajang reuni Grup Kencreng Sedesa Dlangu dari generasi ke generasi. Banyak anak rantau yang menyumbang pukulan . Anehnya, berbulan - bulan sampai bertahun-tahun ditanah rantau tidak memudarkan ingatannya ,bahkan 1 lagu tidak lupa.
Walaupun Arak-arakan malam hampir punah tapi tidak untuk tarling. Tidak ada alasan untuk tidak diadakan tarling. Waktu longgar dana banyak. semoga takbir keliling di desa Dlangu tetap ada dan dilaksanakan rutin setiap tahun.
Comments
Post a Comment
Trimakasih Telah Mengomentari , Jangan Lupa Untuk Menyewa Jasa Kami!!!!